Labels

2/26/2015

Terlukis Abadi..


JEMARI lemah gemulai itu berjingkat dari satu tuts ke tuts yang lain, alunan musik syahdu terdengar menggema dalam tempat ibadah itu. “Lucu sekali dia, sosoknya mengingatkanku pada lakiA-laki hebat belahan jiwa ibundaku tersayang. Dia, mirip sekali dengan ayahku ketika sedang menekan tuts untuk memilih resonator sehingga menghasilkan tinggi rendah nada.. Nada harmonis sekaligus sebagai pengiring yang baik dalam paduan suara non-musisi.. Dia laki-laki pertama yang bisa membuatku ‘menoleh dua kali’. Argh, ingin sekali aku berkenalan dengannya. Seperti aku melihat bayangan ayahku dibalik dirinya”, ungkap Venny dalam hati kecilnya saat itu.

Hari itu Venny menjalani aktivitas tugas koor untuk perayaan ekaristi harian senja dengan hati berbunga-bunga. Bagaimana tidak, semenjak terjaga dari tidur karena ayam berkokok dini hari, dia sudah menantikan kapan senja hati tiba. Dia ingin sekali mengenal siapa sosok misterius dimatanya itu. Pucuk dicinta ulam pun tiba, setelah ekaristi selesai si sosok misterius itu mengajaknya berkenalan dan mengajak bertukaran nomor ponsel. Selesai berdoa, Venny meninggalkan gereja dan duduk termangu di balkon gereja. Menanti hadirnya hasrat yang membawanya kembali ke peraduan, Venny memutuskan bahwa dirinya akan menjadi pendamping sementara bagi kehadiran sang rembulan malam itu. Dalam hamparan pikiran tak beritme, sang sosok misterius yang ternyata bernama Rendra menghampirinya. Malam itu rangkaian kata yang saling terucap dan dinginnya udara malam itu mencoba menyatukan dua jiwa dalam kebekuan. “Terlalu berlebihankah atau terlalu cepatkah jika aku berpikir bahwa Rendra tertarik padaku?”, ungkap kesanggupan daya cipta Venny mencoba menebak apa yang sedang terjadi diantara mereka berdua.

Rangkaian kisah yang terjalin diawal masa perkenalan bergojak, Venny sempat kecewa dengan sikap Rendra meski pada akhirnya sebaris pesan singkat yang pernah dibacanya menyadarkannya bahwa dengan memberi kesempatan untuk mengenal seseorang, maka dirinya akan belajar untuk mengasihi. 
Sekian lama kebersamaan terjalin dengan rajutan warna-warni alur asmara. Semua begitu indah, Venny merasa bahwa dirinya berada bersama seseorang yang sangat tepat, membuatnya nyaman bak anak kangguru yang berada dalam kantong yang hangat. Memiliki seseorang yang dapat dijadikan sahabat untuk berbagi keluh kesah dan memberikan solusi setiap ada masalah adalah nutrisi bagi hatinya yang labil. Disaat dirinya sedang berkubang dalam kerapuhan hidup dan peliknya masalah yang menjerat masa transisinya menjadi sosok dewasa, Rendralah yang mendampinginya. Bahkan saat raga sedang tidak bersahabat dan hanya membuatnya terbaring di tempat tidur, Rendra selalu hadir menemaninya, menggantikan kerja tangannya ketika mulut hanya mampu terbuka, memberikan obat, menyediakan semua keperluannya, dan selalu mengkhawatirkannya. Bahkan pada akhirnya, dengan berat hati dan disertai keyakinan dia merelakan jarak memisahkan mereka. Sesekali mereka memberikan obat mujarab bagi hubungan yang mulai menjenuhkan dan kembali menyegarkan pikiran dengan berlibur.

MEMORI kebersamaan mereka, semuanya masih tersimpan dengan rapi dalam semua media penyimpan data yang dimiliki Venny. Venny tersenyum melihat salah satu foto kebersamaan mereka ketika sedang memilih-milih buku di kota kembang, dan tak sadar dirinya terhenti lama ketika memandang foto Rendra yang sedang tersenyum. Foto yang telah diambilnya ketika mereka berdua sedang makan sate di salah satu penjaja terkenal di kota itu. “Mas, aku menginginkan fotomu yang sedang tersenyum.. jangan bermuka serius ya..”, Venny mengingat ucapan manjanya kala itu.

“Ven, ini bak suasana di kota pelajar ya, nongkrong sembari mendengarkan wayangan seperti ini?”, suara yang tidak asing ditelinganya itu menyentak lamunan panjangnya. “Astaga, setelah sekian lama ternyata aku masih mengingat dan merindukannya. Rasa yang indah justru tersemat ketika aku sudah tidak bersamanya. Aku sangat merindukan kehadirannya.. Ragaku duduk manis disini tapi jiwaku sedang bermain-main di dimensi lain..”, ungkap Venny dalam hati. Tapi dia sadar, bahwa hidup selalu dihadapkan pada pilihan.. Venny pun mengingat sebuah ucapan yang ditempel pada separator ruangannya, ucapan yang dikirimkan oleh seorang sahabat yang belum dikenalnya in her graduation day. “Your purpose is started from your decision.. “

Meski dengan mata berkaca-kaca, Venny tersenyum, menoleh dan berkata dengan kejujuran hatinya: “Aku sedang mengingat dan merindukannya..”. Suara itu pun menimpali: “Aku paham perasaanmu, entah mengapa aku tidak bisa marah pada dirimu.. Aku senang karena kamu mengutarakan apa yang kamu rasakan..”.  Mereka pun mencoba tersenyum dan kembali menikmati suasana malam itu dengan basa basi berkomentar tak berarti akan pertunjukkan seni yang berlangsung. Semburat ide berpacu dalam benak dua insan tersebut, tatkala hati sadar cangkang yang menaungi mereka bukanlah yang tepat. Hanya kebisuan lah  yang menjadi jawaban kala itu.

“Life is short. There is no time to leave important words unsaid..” ~Paulo Coelho

No comments:

Post a Comment